Sore tadi ketika saya menyantap nasi dengan lauk ikan dan ditemani sayur bening, lalu memandang keluar yang hawanya sejuk karena masih ada sisa-sisa hujan tadi malam, saya langsung tersadar;
"Andai kita gak pengen apa-apa, betapa mudahnya hidup kita untuk bisa bahagia."
Coba deh kalau kita gak pengen punya HP bagus, atau motor keluaran terbaru, dan gak pengen punya mobil, kebutuhan kita itu berapa sih ya kan?!
Dikit banget serius.
"Keinginan adalah sumber penderitaan!"
Begitu kata bang Iwan Fals.
Saya setuju 100% sih.
Ya memang masih bisa diperdebatkan, tapi saya abaikan itu dan lebih memilih untuk setuju.
Yang bikin kita merana adalah karena kita susah untuk menerima gitu aja yang kita punya saat ini dan ingin yang lebih bagus.
Manusia gak pernah puas katanya.
Ya mungkin betul. Makanya sejak sekarang saya sudah membatasi diri, harus puas di titik yang sudah saya tentukan.
Bahagia itu memang sebenernya sederhana. Kitanya aja yang bikin rumit.
Bangga banget melabeli diri "aku tuh bosenan orangnya."
"Aku ingin ini itu banyak sekaliii!!!!"
Ya saya tau, saya juga yakin bahwa keinginan saya lebih banyak dan lebih besar dari kalian.
Contoh; kalian pengen Avanza baru? Oh saya pengennya GR 86. Sama Hilux satu, Ranger satu, Fortuner satu, Alphard satu, sama Honda Accord satu deh.
Kalian pengen Scoopy? Saya pengennya MT25, ZX25R, dan ADV300.
Ya saya memang ahlinya di bidang hayal-menghayal.
Karena itulah hidup saya gak enak banget keknya. Selalu mikir hal di depan, bukan saat ini. Selalu membayangkan ketika saya punya uang banyak, mobil impian, dan produk tekno terbaik.
Gimana bisa bahagia coba ya kan??!
Oh tapi ternyata bisa sih. Contohnya sore tadi, saya bahagia banget bisa makan nasi sama lauk yang enak banget buatan kakak, sambil menikmati pemandangan jalan sore dan sepoy-sepoy angin sejuk.
Di balik gusarnya saya yang suka berpikir masa depan, ternyata hidup saya sudah diselingi oleh banyak sekali kegembiraan.
Nonton podcast-nya VINDES juga saya terhibur.
Ah yang lebih baik lah contohnya. Misal saya ke Masjid, itu uenak tenan rasanya.
Awal saya rajin ke Masjid itu biar saya gak diem terus di rumah. Kerja non-stop dari kursi. Mata melototin layar laptop. Jadi biar ada gerak, jadi gak lemah tubuhnya.
Tapi semakin saya rajin ke Masjid, baru beberapa hari, saya sudah bodo amat dengan tujuan awal.
Ternyata saya menemukan kebahagiaan yang wow banget rasanya tiap ke Masjid, Sholat jamaah di Masjid, aduh enak banget pokoknya.
Kadang saya gak sabar pengen segera masuk waktu Sholat biar bisa ke Masjid.
Udah seperti orang Sholeh kan? Yang akan tenang dan bahagia ketika menghadap Allah.
Nah, kebiasaan Sholat di Masjid ini mudah banget loh dilakukan. Amat sangat mudah sebenarnya.
Tapi ya jujur saja, biar gak dikata sedang riya, saya itu sekarang-sekarang sedang tidak terlalu rajin ke Masjid.
Padahal kan enak banget tiap ke Masjid kan?
Ya itu dia, katanya; IMAN itu NAIK TURUN.
Katanya ya.. Kata orang yang lebih pinter dari saya.
Tapi dari yang saya rasakan, memang butuh perjuangan banget buat menjaga keimanan.
Karena itulah kita dianjurkan untuk meminta bantuan kepada Allah agar kita diberikan kekuatan iman.
Itu berarti iman manusia itu memang bisa melemah.
Gak apa-apa.
Yang penting kan kita tetap berusaha lagi untuk kembali Istiqomah lagi.
Ini saya sambil menulis ini aja jadi semangat lagi untuk ke Masjid tiap masuk waktu Sholat.
Jarak dari rumah sebenernya gak deket, harus menyebrangi jalan Pantura juga yang kadang super ramai. Tapi justru itu, saya kadang merasa tersegarkan banget ketika pulang dari Masjid.
Sesimpel itu buat ngerasa bahagia sih.
Makanya, kalau kita bahas lagi ya kebutuhan primer;
Sandang, Pangan, Papan. Oh itu gak cukup. Kita butuh Spiritual, Emotional, dan tentu saja; Internet.
- Sandang, yang penting layak.
- Pangan, yang penting gak kelaparan, beruntung bisa 4 Sehat 5 Sempurna.
- Papan, ah ngontrak rumah juga bisa :D
- Internet, paket internet Telkomsel sekarang gak semahal dulu.
- Emotional, nah ini agak susah, makanya harus dibantu dengan;
- Spiritual. Emotional kita bisa menjadi baik banget loh kalau kita prioritasin dulu Spiritual.
Gak percaya? Nanti ke depan saya cerita deh tips saya biar gak sakit hati, biar bodo amat dengan omongan negatif orang lain, pokoknya menghilangkan ketergantungan kepada manusia, dengan cara dekatin diri ke Allah. Beneran, gak cuma teori.
Untuk edisi tulisan kali ini, mari sadarkan diri lagi bahwa agar bisa bahagia itu sebenernya gak butuh biaya yang semahal itu.
Tapi saya juga paham bahwa manusia tidak mudah untuk puas. Maunya ya dapetin yang lebih lagi, lebih, dan terus lebih lagi.
Gak apa-apa, manusiawi ya sepertinya. Ya mudah-mudahan gak apa-apa karena saya juga susah merasa cukup.
Tapi setidaknya, sesekali, lupakan keinginan kita dan nikmati apa yang kita miliki saat ini. Syukuri yang sudah kita dapatkan selama ini. Boleh kan mengejar ke arah lebih baik? Asalkan satu nih; jangan lupa bahagia ;)
Mohon share jika dan hanya jika info ini bermanfaat atau menginspirasi :)
Tweet |
0 Response to "Bahagia itu memang (sebenarnya) Sederhana, tapi.... "
Post a Comment