Dan judul di atas sebenernya sebuah ketakutan saya jika nanti terlambat bikin orang tua bangga.
Sekaligus sebuah keinginan dan harapan untuk bikin bangga orang tua sebelum terlambat.
Jangan sampai saya menyesal jika tidak sempat nunjukin pencapaian yang patut dibanggakan.
Hmm.. Tapi gak betul juga ini.
Sebenernya dalam kepercayaan kita (Islam), orang yang sudah meninggal dan baik amalnya, itu katanya bisa mengetahui bagaimana kehidupan keluarga yang ditinggalkan. Caranya tentu ghaib ya. Bahkan katanya bisa mengunjungi juga. Saya tidak terlalu paham juga ilmu akhirat.
Tapi tidak perlu juga merasa gagal ketika orang tua sudah tiada dan belum bisa bikin bangga.
Gak perlu khawatir karena saya yakin orang tua bisa tau anaknya berhasil walaupun sudah berbeda alam.
Tapi ya pasti kalian paham lah ya maksud saya, terlambat nunjukin pencapaian ketika orang tua masih hidup.
Beberapa tahun yang lalu, saya itu memang punya keinginan untuk bikin bangga kakek saya. Sebenernya bukan kakek kandung, beliau luar biasa baik. Kakek saya yang ini juga seakan ingin cucunya berhasil seperti paman saya. Ya, paman saya memang terkenal seantero Indonesia bahwa dia berhasil.
Saya juga seakan ingin nunjukin pencapaian besar kepada nenek saya yang tahun lalu meninggal. Semoga nenekku berada di tempat terbaik di sisi Allah, aamiin.
Walaupun sekarang ya biasa saja, tidak merasa yang gagal atau gimana ketika saya belum bisa memberikan pencapaian yang berarti ke mereka.
Namun tekad saya kuat untuk bisa bikin orang tua bangga. Takutnya keburu terlambat,
Lalu pencapaian apa sih yang ingin saya tunjukkan ke orang tua?
Sebenarnya yang paling utama adalah sesuai keinginan orang tua;
Menjadi anak yang sholeh dan mandiri.
Ya sesimpel itu sih.
Tapi perwujudannya yang tidak mudah.
Sholeh itu gak neko-neko, taat kepada Allah. Mandiri itu bisa menghidupi diri sendiri untuk kebutuhan sehari-hari.
Lalu apakah saya sholeh? Tidak. Apakah saya mandiri? Iya bisa jadi, tapi belum cukup.
Nah, untuk menambal kesholehan yang kurang, saya juga ingin mempelajari sesuatu yang saya yakin bisa membanggakan.
Pencapaian satu ini sangat sulit, sebab utamanya karena kepala saya setiap harinya sudah dipenuhi oleh urusan duniawi.
Boleh dibilang terlambat, namun tidak ada yang terlambat sebelum ajal menjemput kita.
Jadi, ya saya masih optimis untuk mencapainya, tujuan utama sebenarnya untuk diri sendiri. Tapi saya sangat yakin kalau saya bisa meraih itu, orang tua saya pasti sangat bangga.
Namun setidaknya dibutuhkan 3 tahun untuk mencapai itu. Bahkan bisa lebih lama. Jadi, harusnya saya sudah mulai sejak kemarin-kemarin.
Ya semoga saya bisa memulai lagi ya, karena waktu itu sudah berjalan beberapa hari/minggu tapi lalu mandeg.
Lalu pencapaian berikutnya adalah jenjang pendidikan yang tinggi.
Sejak kecil saya dikenal suka belajar. Saya juara kelas udah pernah belasan kali. Makanya salah satu keinginan saya adalah untuk mencapai gelar pendidikan yang lebih tinggi. Setidaknya dibutuhkan beberapa tahun ke depan untuk meraihnya.
Lalu tentu saja selayaknya manusia biasa, pencapaian yang ingin saya berikan ke orang tua adalah kemandirian ekonomi.
Ya saya ingin menunjukkan bahwa saya berhasil untuk mendapatkan penghasilan cukup. Cukup untuk semua kebutuhan. Walaupun manusia katanya gak pernah bisa puas. Setidaknya yang penting bisa tenang gak perlu khawatir kekurangan dan bisa menebus hal-hal yang dibutuhkan.
Ambisi saya sebenarnya cukup besar. Saya ingin ini dan itu. Itulah yang bikin hidup jadi gak tenang karena seakan dikejar-kejar oleh waktu.
Saya tau, bahwa untuk hidup tenang itu sederhana, hilangkan keinginan, buang ambisi duniawi. Fokus ke akhirat, itu mudah banget sebenernya.
Tapi nafsu diri ini luar biasa ya. Susah banget buat diajarin biasa aja. Inginnya lebih banyak dan lebih banyak lagi.
Tapi lucunya, ketika sedang berlari kencang, tapi seakan tanah ikut bergerak ke belakang. Akhirnya seperti jalan di tempat.
Masalah seakan datang dengan lucu. Ya lucu aja. Jika saya menganggapnya sebuah masalah, sebenernya ini sesuatu yang saya ciptakan sendiri karena adanya ambisi ataupun keinginan yang gak tau diri.
Alih-alih bisa melaju kencang, ternyata kok ya segini-segini aja. Apa yang salah?
Kalau mau diulik, ya sebenernya akan selalu balik ke diri sendiri. Salah saya.
Tapi saya juga percaya jalan hidup atau takdir. Saya memang harus begini. Saya harus merasakan ini. Saya belum pantas menjadi seperti yang saya inginkan. Nanti mungkin ada waktunya.
Yang jelas, saya berharap bahwa saya bisa mencapai pencapaian yang patut untuk dibanggakan dan dipamerkan ke orang tua dan keluarga. Bukan untuk sebuah alat kesombongan. Namun semata hanya untuk menebus kesalahan-kesalahan saya selama ini. Membalas pengorbanan mereka selama ini. They deserved the better of me. Ya kira-kira; harusnya saya bisa lebih baik dari ini, sebagai rasa terima kasih saya ke mereka yang sudah berkorban segalanya untuk saya.
Mohon share jika dan hanya jika info ini bermanfaat atau menginspirasi :)
Tweet |
0 Response to "Takut Terlambat Bikin Ortu Bangga"
Post a Comment