Ads

Ini alasanku kenapa tak lagi bisa ngejudge orang lain

Bohong jika sudah gak bisa sama sekali buat nge-judge orang lain, tapi yang jelas tidak semudah dulu. Sekarang ini kalau ngejudge itu biasanya langsung diikuti dengan kalimat "oh tapi wajar saja begitu."

Saya percaya semakin bertambahnya usia itu bisa membuat seseorang lebih bijak dalam melihat kehidupan di sekitarnya. Lebih bijak dalam berlaku, dan lebih bijak dalam berbicara ke orang lain serta diri sendiri.

Dulu saya keras kepala banget, ya sekarang juga masih tapi sudah diimbangi dengan logika yang benar. Mengalah itu bisa karena hati kita pemaaf, bisa juga dengan logika. Nah hati saya mungkin tidak sebaik mereka, karena itu saya mengandalkan logika juga untuk berbuat sesuatu yang baik.

Istilah judging atau ngejudge atau dalam bahasa Indonesia versi saya sendiri, judging itu seperti menilai seseorang dan melabeli seseorang berdasarkan pengamatan kita.

Misal sedang melihat orang minta-minta, jika hati kita lembut mungkin akan sangat mudah untuk menerima dan memberikan sedekah ke mereka.

Sebaliknya, jika hati kita keras maka yang muncul bisa jadi merupakaan cercaan dan nge-judge macam-macam. "Ah dasar pemalas, bisanya minta doang!" "Enak banget minta-minta, kerja lah sana!!" Dan lain sebagainya.

Mungkin sebagian dari kita akan pakai dalil "Tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah," serta anjuran-anjuran yang pada intinya mengajari bahwa orang meminta itu buruk.

Ya memang, untuk menjadi lebih baik kita perlu untuk menanamkan ke dalam diri kita sendiri untuk tidak meminta-minta serta tidak berharap kebaikan orang lain untuk membantu kita. Dalam bahasa ngaji itu disebut dengan "Toma'" atau dalam bahasa Indonesia "Tamak." Walaupun istilah tamak dalam bahasa Indonesia itu sudah berbeda arti dibanding bahasa Arabnya.

Ajarkan diri kita untuk tidak berharap kepada manusia. Berharaplah hanya kepada Allah, dan berusaha mencari nafkah yang halal. Itu memang benar.

Namun tidak lantas kita boleh untuk nge-judge bahwa orang yang meminta-minta itu hina dan layak dicaci. Tidak.

Tidak bisa juga kita anggap mereka malas dan tidak mau bekerja. 

Oke oke, walaupun ternyata betul, tapi tetap saja bagi saya; kita tidak bisa menilai mereka semudah itu.

Kenapa?

Karena kita tidak tau keseluruhan cerita dari masing-masing mereka.

Kita tidak tau mereka mengalami kejadian apa saja sampai akhirnya menjadi pengemis dan peminta-minta.

Mungkin jika kita berada di posisi mereka, dan mengalami kejadian yang tidak mampu kita hadapi, bisa saja kita menjadi JAUH LEBIH BURUK dari mereka.

Karena itulah saya tidak mau lagi ngejudge orang lain semudah itu, karena saya tidak tau bahkan seringnya tidak tau sama sekali alasan mereka melakukan itu.

Toh banyak kan yang akhirnya menjadi pelaku kejahatan, mengambil hak orang lain, banyak yang ternyata melakukan itu karena tertuntut oleh keadaan. Bisa saja mereka juga merupakan korban pada awalnya. 

Sekarang bandingkan, jika kalian punya harta, lebih suka orang yang mengambil hak orang lain dengan paksa, atau pengemis dan peminta-minta? 

Saya kok yakin banget kalian pasti lebih suka ke peminta-minta dan pengemis. 

Mereka meminta paling banyak 2 ribu kan, kalau misal lebih dari itu ya dihitung kejadian luar biasa saja. Seringnya ya seribu rupiah saja. Lalu dikalikan sekian puluh orang, sekian ratus orang, dan sekian ribu orang pada akhirnya.

Ya, Rp 1000 dikalikan 100 orang itu sama dengan Rp 100.000. Jika dia keliling setiap hari tanpa libur, maka sebulan mendapatkan Rp 3.000.000. Tidak kecil sama sekali.

Bahkan orang yang bekerja di perusahaan pun banyak yang mendapatkan gaji di bawah itu. Banyak daerah yang UMR masih 2 jutaan.

Nah itu minta-minta dapet 3 juta per bulan. Bahkan kabarnya ada yang jauh lebih banyak dari itu.

Tapi, meskipun begitu, dia mendapatkannya dari ribuan orang. Yang diminta juga gak terlalu keberatan untuk memberikan seribu rupiah. 

Jadi, misal kita memberikan 1000 rupiah kepada pengemis, lalu pengemis itu mendapatkan 3 juta rupiah, tidak lantas kita bisa katakan, saya yang bikin pengemis itu dapet 3 juta. Kita harus fokusnya ke yang kita berikan saja yakni 1000 rupiah. 

Itu adalah the power of perkalian.

Karena itu kita lebih bisa menerima pengemis dibanding katakanlah pencuri yang sekali ngambil bisa langsung berjuta-juta rupiah dari satu orang saja.

Ya intinya, mereka jadi pengemis itu udah lebih baik dari kemungkinan yang lebih buruk. Sehingga tetap saja kita harus bersyukur karena itu. 

Boro-boro ngejudge, malah bisa bersyukur kan?!

Contoh kecil di atas baru hal sepele, kita belum bahas soal judging keluarga kita sendiri, tetangga kita, artis, pejabat, dan banyak lagi manusia lainnya. 

InsyaAllah ke depan saya masih akan bahas lagi persoalan ngejudge ini karena menurut saya, jika kita belum bisa menghilangkan kebiasaan untuk ngejudge orang lain dengan mudah, maka hidup kita juga tidak akan bisa tenang, dan akan sulit untuk bersama-sama membangun komunitas kita dan negara ini menjadi lebih baik. 



Mohon share jika dan hanya jika info ini bermanfaat atau menginspirasi :)

0 Response to "Ini alasanku kenapa tak lagi bisa ngejudge orang lain"

Post a Comment

ads bawah